Pandangan Pertama: Sepotong Episode 13 Tahun yang Lalu

Zizzahaz181713 Januari 13 tahun yang lalu… sebuah peristiwa istimewa dan luar biasa… sejarah yang tak terlupakan terjadi dalam sepotong episode kehidupanku. Sepotong episode yang mengubah segalanya pada diriku, ketika Shighat aqad nikah saya mengucapkan,”Zawwajniy….. (nikahkan….),” dan dijawab oleh bapak calon istriku ketika itu,”Ankahtuka…. (aku nikahkan engkau…),” selanjutnya saya jawab,”qabiltu…(aku terima…),” (aqad sengaja tidak saya tulis lengkap). Sebuah aqad yang luar biasa karena dengan begitu saya langsung berubah statusnya dari joko (perjaka) menjadi bapak, dari calon suami menjadi suami, begitu juga dengan anggota keluarga di belakangku. Ada besan, mertua, kakak ipar, adik ipar, semuanya menjadi berubah. Ya… saya melepaskan masa lajangku menuju alam yang baru bagiku, alam yang belum pernah saya masuki sebelumnya…… baru dan semua dimulai dari nol.

Semua dimulai dari nol, ketika itu saya berumur 23 tahun sedangkan istri 22 tahun, usia yang masih cukup muda untuk melangkah ke gerbang keluarga… namun azzam dan tekatku sudah begitu kuat karena pernikahan menurutku begitu indah daripada sekedar berpacaran. Ya… dimulai dari nol, ketika itu saya dan istri menikah tanpa melalui pacaran, tanpa kenal banyak, tanpa tahu sifat masing-masing, hanya huznudzan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa Dia pasti akan memberikan jodoh yang terbaik kepadaku.

Jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin banyak orang yang mendapatkan demikian, tapi itu tidak berlaku pada diriku. Pandangan pertama saya pada istriku ketika itu biasa saja, tidak ada rasa apa-apa. Saya hanya tahu dia adalah seorang akhwat… akhwat menurutku ketika itu adalah seorang wanita yang berjilbab lebar, suka nunduk-nunduk bila bertemu lawan jenis, senangnya dengar kaset orang mengaji. Tidak ada yang istimewa menurutku ketika itu, karena diriku memang bukan type laki-laki idaman akhwat. Laki-laki idaman akhwat itu namanya ikhwan, sedangkan saya bukan ikhwan… menurutku ikhwan itu laki-laki yang  kemana-mana pakai baju koko, celana panjang di atas mata kaki, berjenggot, suka mmengisi kultum bila selesai shalat berjamaah. Semua kriteria itu tak ada pada diri saya, jadi sebuah hal yang mustahil bilasaya akan tertarik kepadanya atau sebaliknya.

Namun qodarullah… Allah subhanahu wa ta’ala punya rencana lain. Dalam pencarian jati diri, saya menjadi tertarik dengan dunia para ikhwan akhwat, dimana hal itu merupakan masa-masa yang begitu menyiksa bagi diriku. Kehidupanku berbalik 180 derajat, dan hal itu bukanlah hal yang mudah bagiku. Ikhwan akhwat bukan hanya sekedar cara pakaian, bukan sekedar memelihara jenggot atau asesoris yang lain. Di sinilah saya dituntut untuk menjalani Islam secara kaaffah, penuh tidak setengah–setengah.

Rindu ingin menikah… ya… itulah yang saya rasakan di kehidupan selanjutnya. Padahal ketika itu umurku belum genap 23 tahun. Suatu kerinduan yang konyol karena saya belum punya calon istri sama sekali, tapi tekad di hati ini begitu kuat. Saya jadi tertarik dengan akhwat, suatu hal yang rasanya tak mungkin terjadi di kehidupanku sebelumnya. Semua saya serahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena Dialah yang Maha tahu akan kebutuhan umatnya.

Pandangan pertama biasa saja… selanjutnya… pandangan kedua saya ingin semua dalam keadaan pandangan halal. Alhamdulillah Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doaku. di mulai dari titip salam saya pada seorang akhwat yang sakit di ruang ICU RS Islam YARSIS ketika itu. Di luar dugaanku bukan jawaban wa’alaikum salam yang saya peroleh tetapi sebuah tausiah darinya agar saya menjaga hati, agar saya tidak merusak apa yang telah diupayakannya selama ini. Tercekat hatiku ketika itu… saya salah dalam memulai. tapi hal itu malah membuat diriku semakin tertarik kepadanya.

Dalam ketertarikanku, bukannya saya semakin mendekatinya, tapi malah menjauhinya. Entahlkah… aku tidak tahu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan akhwat, karena cara-cara yang kulakukan dulu ketika mendekati seorang gadis pujaan adalah cara-cara yang salah menurut syariat Islam. Yah…. semua kupasrahkan pada Ilahi, kalau memang ia berjodoh denganku tentu tak akan kemana-mana.

Hadirnya tanpa kusedarigive-away-langkah-catatanku
Menggamit kasih cinta bersemi
Hadir cinta insan padaku ini
Anugerah kurniaan Ilahi

Lembut tutur bicaranya
Menarik hatiku untuk mendekatinya
Kesopanannya menarik di hati
Mendamai hatiku yang resah ini

YA ALLAH
Jika dia benar untukku
Dekatkanlah hatinya dengan hatiku
Jika dia bukan milikku
Damaikanlah hatiku dengan ketentuanMU

Dialah permata yang dicari
Selama ini baru kutemui
Tapi ku  pasti bicara Ilahi
Apakah dia kan kumiliki

Tidak sekali dinodai nafsu
Akan kubatasi dengan syariatMU
Jika dirinya bukan untukku
Redha hatiku dengan ketentuanMU

YA ALLAH
Engkaulah tempat ku bergantung harapanku
Kuharap diriku sentiasa dibawah rahmatMU……

(Permata yang dicari – De hearty)

Hingga tiba sa’atnya itu, kejadian tanpa sengaja ketika telpon di kantor saya berdering, kemudian saya menerimanya… ternyata dari akhwat itu… (kebetulan istri satu instansi beda kantor), mulanya bicara tentang hasil laborat pasien, tapi selanjutnya tentang rencana menikah… dan… secepat itu… kami sepakat untuk menikah… secepat itu…. ya… bahkan saya juga tidak percaya. Serius…ini benar terjadi. Sebagai tanda keseriusanku saya datang sendiri ke rumah istri sendiri tanpa ditemani siapa-siapa, aku lamar dia sebagai istriku… alhamdulillah aku diterima…

Maha Suci Allah yang telah mempersatukan dua hambanya dalam sebuah ikatan yang kuat dengan sebuah ikatan tali pernikahan.

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi istana pertama saya 13 tahun yang lalu. Istana tempat saya memulai asa di dunia yang baru bersama istri saya. Jangan bayangkan istanaku ketika itu adalah sebuah rumah bak keraton para raja jaman dulu, atau rumah mewah yang sering muncul di acara-acara sinetron di TV. Istanaku ketika itu adalah sebuah ruangan berukuran 3×6 meter, ada sekat triplek di depan untuk ruang tamu, sedangkan bagian yang lain untuk kamar tidur, makan, dapur. Setahun sekali saya harus membayar ruangan itu sebanyak Rp 500.000 kepada pemilik asli, sedangkan saya hanya sebagai kontraktor saja.. Ya… di mulai dari nol… begitulah awal saya berumah tangga.

bagian depan kost saya dulu

bagian depan kost saya

Tercekat ketika saya memasuki rumah yang dulu pernah saya jadikan istanaku. Rumah ini sekarang sudah tidak terurus, konflik keluarga menjadi penyebabnya. Saya susuri tiap sudut ruangan… tiap sudut membawa kenangan pada masa lalu. Masa sulit… masa gembira… tawa… pertengkaran kecil… cemburu… romantis… semua ada di tiap sudut ruangan itu… semuanya terlalu indah untuk dikenang. Sebuah istana yang sangat mewah bagiku, karena disitu saya dan istri membangun sebuah rumah takwa bersama. Mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah tidak semudah dalam teori di buku-buku bacaan, semua butuh proses, tidak bisa instan. Sama seperti orang yang membangun rumah, harus diawali dari nol… untuk selanjutnya butuh proses yang lama agar menjadi rumah yang kokoh, besar dan mampu melindungi penghuninya.

ruang kamar merangkap ruang makan merangkap ruang serba guna yang lain

ruang kamar merangkap ruang makan merangkap ruang serba guna yang lain

Rumah ini begitu menyimpan banyak kenangan kehidupanku bersama istri ketika menjadi manten anyar (penganten baru). Masa- masa ta’aruf (perkenalan) saya lakukan setelah menikah… banyak kejutan yang saya dapatkan karena saya menemukan hal-hal yang baru pada istri saya, begitu juga sebaliknya. Menghadirkan rasa cinta di pandangan kedua dan kesekian kalinya tidak begitu mudah. Banyak cobaan dan rintangan yang hadir, namun semua itu alhamdulillah selalu berhasil saya lalui bersama istri.

kamar mandi dan sumur timba... sudah rusak

kamar mandi dan sumur timba… sudah rusak

ruang dapur... tempat istri menghidangka masakan dengan bumbu cinta

ruang dapur… tempat istri menghidangka masakan dengan bumbu cinta

Dappur tetangga satu kost, tempat ini dulu ruang tempat membuat jamu dan mie ayam

Dapur tetangga satu kost, tempat ini dulu ruang tempat membuat jamu dan mie ayam

Sekarang… 13 tahun sudah hal itu berlalu… saya berharap saya tidak hanya mendapatkan sakinah… namun yang pasti akan mendapatkan mawaddah juga rahmah , semoga segera menghampiri di kehidupan keluargaku. Empat buah hati sebagai buah cinta saya dan istri akan selalu menjadi motivasi tersendiri.

Tulisan ini saya buat sebagai rasa cinta saya pada istri yang telah menemaniku selama 13 tahun, waktu yang tidak sebentar… kehadirannya begitu berarti bagiku. Kebetulan ada giveway dari Langkah Catatanku, maka saya ikutkan tulisan ini untuknya juga. Semoga blognya menjadi berkah dan berguna bagi banyak orang.

44 respons untuk ‘Pandangan Pertama: Sepotong Episode 13 Tahun yang Lalu

  1. 13 tahun punya anak empat, produktif juga ya hehe….
    Menikah muda ntu apa gak beresiko yah, artinya masih lirik2 yg lain, tp membaca postingan ini jadi terbantahkan, kerennnn bang 😀

    Suka

  2. Selamat ulang tahun ya Mas atas pernikahannya, semoga lenggeng untuk selamanya… Aamiin 🙂

    Kisah yang indah, patut untuk ditiru 🙂

    tapi nikah di usia belum genap 23 Tahun dan bisa bertahan sejauh ini, itu luar biasa, salut Mas… 🙂

    Semoga sukses juga kontesnya Mas 🙂

    Suka

  3. Alhamdulillah membaca postingan ini memberi ibroh yang banyak, diantaranya bagi orang2 yang memasrahkan segala sesuatunya kepada Alloh SWT sepertinya jalan yang sulit pun akan terasa mudah.

    Suka

  4. Selamat merayakan hari jadi *meskipun aga terlambat Mas ya..*
    Ajaib ya Mas merasakan sudah belasan tahun dan insyaAllah masih banyak lagi waktu yang akan datang.
    Semoga sukses mas GAnya..

    Suka

  5. keren, indah sekali cerita cinta bapa dengan sang istri, bikin iri 🙂
    saya pernah menikah, namun gagal ^_^
    setiap orang punya takdirnya masing2, doakan saya pak, agar bisa mendapat teman hidup yg sejati 🙂

    Suka

  6. wahhh…umur pernikahannya sama mas, udh 13 thn dg suka yg banyakd an Alhamdulillah sedikit duka,,smg ttp seperti ini ya mas, mjd keluarga bahagia, sakinah , mawaddah..gudlak kontesnya 😀

    Suka

  7. Ada beberapa kesamaan antara kisah Njenengan dan kisah saya. Di pernikahan pertama, saya menikah di usia 21 th, dan istri pun 21 th. Sayangnya, Allah memberi waktu hanya 11 tahun untuk bersama, karena tanggal 10-10-10 Allah mengambil orang yang sangat kami sayangi dengan sebab sakit gagal ginjal. Kemudian, di pernikahan kedua, pada pandangan pertama belum ada rasa, kecuali sekedar saya datang untuk memberikan buku pertama saya. Beberapa kali bertemu, sepakat untuk menikah dengan jeda seminggu antara khitbah dan akad nikah, alasan utamanya adalah untuk menghindari fitnah.
    Mari saling mendoakan, semoga kita sama-sama bisa mewujudkan sakinah, mawadah, warohmah menjadi nyata, bukan sekedar indah dalam rangkaian kata belaka. Amin, insya Allah.

    Suka

  8. Saya suka dengan tulisan ini, banyak sekali hikmah yang saya dapat dari tulisan ini. Perjalanan menuju pernikahannya sederhana, namun mempunyai kesan tersendiri. Saya sangat salut dengan keputusan untuk menikah muda, melamar sendiri dan menjadi kontraktor. 😆

    Terimaksih sudah ikut meramaikan GA Langkah Catatanku ya, Mas.
    Saya doakan, di 13 tahun ini semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rohmah. Doakan saya juga ya, Mas. Semoga tahun ini bisa bertemu dengan ikhwan. 😳

    Salam Senyuum. .. ^_*

    Suka

  9. cerita penuh hikmah…….,
    sy juga kontaktor..tpi belum menikah mas…hhe

    keinginan sih ada, keinginan utk mndptkan sebaik2 perhiasan dunia “Wanita Solehah”..

    Semoga Menjadi Keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Warohmah..Amin

    Salam kenal.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.