Ingin Mewarnai Koq Malah Terwarnai

pensil warnaMalam itu saya pulang terlambat, harusnya jam 20-an malam sudah sampai rumah, tapi jam 21-an baru membuka pintu regol. Sepulang kerja saya mampir dulu di koperasi rumah sakit, tak tahunya di sana ketemu 2 kawan lama. Dua kawan saya ini kalo ngobrol bikin betah, banyak guyonnya, ejek-mengejek bukan hal yang membuat hati panas. Tak terasa sudah satu jam saya bersama mereka berdua.

Sesampai di rumah, biasalah istri saya bertanya “koq baru datang”, ya saya jawab sesuai kejadian di TKP. Kebetulan istri saya kenal dengan dua kawan saya, langsung saya dapat warning, “Hati-hati lho mas bila bergaul dengan mereka, nanti kamu bisa ketularan.” “Iya…iya…”Saya mengiyakan. Kedua kawan saya itu memang terkenal punya satu perilaku buruk, jadi wajar saja bila istri saya takut bila perilaku buruk mereka menular kepada saya. Memang perilaku buruk bisa menular???? kaya penyakit hepatitis B saja ya…

Saya mau cerita yang lain ya…

Beberapa hari yang lalu ketika kasus Pak Luthfi Hasan baru ramai-ramainya, saya diejek oleh istri pasien saya. Lho… yang salah Luthfi Hasan koq saya yang diejek ya… ternyata karena kebanyakan orang PKS berjenggot sedangkan saya juga berjenggot, sehingga istri pasien saya juga menganggap saya PKS. Bolehlah orang PKS itu berjenggot… tapi yang berjenggot itu belum tentu PKS. haduuh… apa yang beginian ya yang namanya ketularan???

Saya mau cerita yang lain lagi

Dahulu kala… di tahun ±1996 , saya mulai tertarik mempelajari Islam yang sebenarnya itu seperti apa. Yang saya butuhkan ketika itu adalah seorang guru yang mampu membawaku mengerti tentang Islam.Ketika itu ada sekelompok pengajian anak-anak muda di tempat saya bekerja, mereka biasa melakukan pengajian rutin di dalam ruangan tertutup yang tak terlihat khalayak umum. Pertemuan rutin yang mereka sebut dengan istilah liqa’ selalu dilakukan tiap pekan sekali. Mereka dipimpin oleh seorang yang senior di antara mereka, pemimpin ini dinamakan Murabbi, sedangkan yang jadi anak buah dinamakan Mutarabbi. Gerakan mereka begitu solid dan terorganisir dengan baik.Saya juga melihat mereka sebagai pemuda-pemuda yang alim, beraklhak baik, sosialnya juga baik. Ada rasa tertarik untuk bergabung dengan mereka, tapi ternyata hal itu bukan hal yang mudah bagiku. Mengenai pengertian murabbi mutarabbi bisa digoogling.

Rata-rata mutarabbi direkrut sendiri oleh sang murabbi, jadi meskipun saya tertarik untuk bergabung kalau sang murabbi tidak tertarik ya diabaikan saja.  Ya ga papalah… toh pengajian Islam bukan hanya di tempat mereka. Ilmu Islam bisa didapat dari ustadz-ustadz yang lebih berkompeten di bidang keislaman.

Tahun 1998, Partai Keadilan berdiri. Saat itulah saya  mulai didekati oleh teman sekerja yang dulunya selalu mengadakan pengajian dengan berkelompok. Mereka mendekati saya bukan karena mau mengajak bergabung, tapi mereka mempromosikan sebuah partai baru berbasis Islam, partai yang bersih, bersih segala-galanya tentunya yaitu partai keadilan. Mereka memperkenalkan visi misi partai keadilan dan tentunya berharap saya memberikan suara saat pencoblosan nanti.”Oke… tapi saya tidak janji.” Pendeknya seperti itu saya memberi jawaban.

Sebetulnya saya jadi kurang respek dengan mereka. Bukan karena mereka tidak mau merekrut saya lagi, tapi terjun ke dunia politik agaknya bukan pilihan yang tepat. Di sana berkumpul para manusia yang gemar berkamuflase, berjanji dengan kesejahteraan, juga lahan untuk menjadi koruptor tingkat tinggi. Kuatkah sebuah partai baru dan kecil melawan semua itu? Entahlah… tapi atas taqdir Allah… Partai Keadilan harus terkena diskualifikasi.

Tahun 2003 Partai Keadilan berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera. PKS menjadi sosok partai yang mulai diperhitungkan. Meskipun perolehan suaranya masih kalah dengan partai lain, tapi dalam perjalanan selanjutnya menjadi partai yang diperebutkan untuk diajak berkualisi, dan ini menjdi nilai tawar yang tinggi bagi PKS.

Lagi-lagi saya gamang dengan PKS. Mereka memproklamirkan diri sebagai partai dakwah… entah apa yang didakwahkan dan siapa yang menjadi lahan dakwahnya. Siapa yang menjadi murabbi dan siapa mutarabbinya menjadi kurang jelas. Sedangkan lingkungan mereka banyak sekali godaan dunia yang berseliweran. Harta…tahta… wanita… jakarta… toyota… semua itu seakan sudah di depan mata. Siapa yang akan tahan dengan godaan ini????

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah menegaskan dalam sabdanya bahwa:

الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.

(HR. Ahmad).

Melihat berita akhir–akhir ini, banyak sekali kasus kriminal tingkat tinggi yang menjerat para pejabat , yang notabene adalah teman seperjuangan para punggawa PKS. Teman atau musuh… entahlah, mereka menjadi musuh hanya ketika pemilu berlangsung. Setelah pemilu usai, mereka akan menjadi kawan, buktinya mereka akan membuat koalisi antar partai. PKSpun tidak segan untuk bergabung dalam koalisi, padahal sebagai partai yang memproklamirkan diri sebagai partai dakwah harusnya tetap indipenden atau berdiri sendiri. Seumpama PKS itu berwarna putih dan partai lain itu merah, kuning, hijau, biru, dan lain-lain, maka fungsi dari PKS adalah merubah semua warna itu menjadi putih. berat ya… memang berat karena warna putih lebih gampang ternoda dengan warna yang lain.

Pertanyaannya kemudian apakah menjadi pejabat itu dilarang? Berdakwah lewat partai itu dilarang?
Sejauh ada kemampuan untuk menjadi pejabat yang baik dan bisa memastikan diri tidak ikut kejahatan pejabat yang lain saya rasa tidak masalah. Apalagi bila bisa mengajak pejabat yang lain menjadi lebih baik, bisa mewarnai mereka dengan warna yang lebih positif. Karena setiap umat Islam diperintahkan berdakwah terhadap mereka. Tetapi jika tidak punya kemampuan, sebaiknya perkuat dulu diri sendiri, baru orang lain. Sebab kalau kalah, jangan tanya akibatnya… maka kitalah yang akan terwarnai (terjerumus). Masalahnya, apakah kita yakin memiliki kemampuan pertahanan itu?

Entahlah… bila melihat kasus Luthfi Hasan akhir-akhir ini saya jadi sangsi. biarlah hal ini menjadi pengalaman yang berharga bagi PKS. PKS tidak hanya membawa nama golongan, tapi membawa nama besar Islam. Bukttinya PKS yang punya salah, saya yang bukan PKS juga kena imbasnya. Semoga para pejabat besar PKS belajar lagi untuk membentengi diri dari godaan dunia yang melenakan. Saya yakin para pejabat besar PKS merupakan prodok Murabbi-Murabbi yang tangguh di medan dakwah. Jangan sampai sejarah mencatat Anda sebagai da”i yang berjatuhan di medan dakwah terkena tajamnya panah dunia. Jabatan adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jangan selewengkan amanah itu karena Anda akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akherat.

Imam al Ghazali pernah bertanya kepada para muridnya :

“Apa yang paling berat di dunia ini?”

Ada yang menjawab : “besi dan gajah”. Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Q.S. Al-Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, gunung-gunung, bahkan para malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tak mampu memegang amanahnya.
Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا عَرَضْنَا الأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً

“Sesungguhnya kami menawarkan amanah  ini kepada langit-langit, bumi, dan gunung-gunung, akan tetapi mereka semua enggan menerimanya dan merasa berat dengannya. Lalu kemudian amanah ini diterima oleh manusia, sungguh manusia adalah makhluk yang zhalim lagi bodoh.” 

(QS. Al-Ahzab: 72)

Semoga tulisan ini bermanfaat.

(kalau dah begini siapa murabbi dan siapa mutarabbinya ya?)

31 respons untuk ‘Ingin Mewarnai Koq Malah Terwarnai

  1. adanya kasus yg menimpa Luthfi Hasan, kira2 PKS di pemilu 2014 nanti peluangnya bagaimana nich? Saya melihatnya dari kacamata orang awam, PKS suaranya kyknya bakal tergerus, image yg sudah dibangun dgn baik oleh para penduhulu, ternoda oleh kadernya. Untuk menghilangkan noda itu nggak cukup 1 atau 2 atau 5 atau 10 tahun kembali seperti PKS yg kemaren-kemaren.

    Suka

  2. aku setuju. yang paling berat adalah memegang amanah.
    banyak orang baik yang masuk ke partai. tapi ketika sudah berkecimpung ke politik, jangan lupa bahwa sistem di negeri ini udah bobrok. berani bermain didalamnya ya siap2 aja bobrok kl iman kita masih setengah setengah

    Suka

  3. Wow…. PKS memang berlika liku 🙂 ada pros ada cons, dulu temen saya memang setia ama PKS, langsung keluar karena ada beberapa hal yang bersinggungan dengan Islam. Intinya menjalankan partai yang saklek itu susah, karena partai itu sifatnya dinamis ya jelas lah, kan tujuanya biar dipilih rakyat.

    Suka

  4. Sebetulnya memang kembali ke individu masing2 ya Pak, PKS atau bukan, Islam atau bukan, kalau sudah ‘tergoda’ korupsi ya terjerumus jg. Terima kasih remindernya tentang amanah 🙂

    Suka

  5. Ahmad Alkadri berkata:

    Kalau menurut saya pribadi, saya dulu melihat PKS sebagai partai yang berpotensi. Mengusung nama agama, tapi juga cukup nasionalis. Bersih, jujur, dan sebagainya. Banyak yang komentar harusnya para pemuka agama tidak usah ikut-ikutan politik. Tapi menurut saya, kehadiran mereka di tengah-tengah politik justru diperlukan sebagai pemberi warna. Kenapa? Karena mereka mewakili salah satu stakeholder terbesar di Indonesia: mayoritas penduduknya yang muslim. Dan, mereka bisa mengarahkan pembentukan akhlak yang lebih baik dalam kepemerintahan.

    Tapi ya, memang, amanah seperti itu sangat berat. Apalagi dengan kondisi politik jaman sekarang. Dari agama apa pun, golongan apa pun, pasti sulit untuk berdiri tegak, apalagi melawan arus, politik modern. Saya bukan simpatisan mereka, tapi saya berharap PKS (atau partai apa pun yang sekarang sedang berjuang di kancah politik Indonesia) bisa tetap stay true dan memegang amanah mereka dengan baik, dan bisa tetap kuat untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik.

    Kunjungan perdana, salam kenal… 🙂

    Suka

  6. Tokoh2 yg sekarang jadi tersangka koruptor pada masa sebelumnya (mungkin waktu kuliah) adalah pentolan2 penggerak demo anti KKN. Dahulu sepertinya mereka belum melihat juntrungannya uang ber milyar2, tapi setelah ada didepan mata mereka jadi lupa dengan idealismenya dahulu, Mungkin….dan hanya mungkiiiin.

    Suka

  7. tidak ada manusia yang sempurna … tidak ada partai yang tidak korupsi :mrgreen: terlebih lagi dengan system seperti sekarang. harta, tahta dan wanita masih menjadi alat ampuh untuk menyesatkan manusia.

    Suka

  8. Assalamu’alaykum kang, tulisannya luar biasa.
    fasa menjadi mutarabbi, mirip dengan yang saya alami saat ini. Meskipun saya mengakui warna putih PKS sudah terwarnai, tapi saya masih menyimpan harapan pada mereka untuk tidak lagi diwarnai, tapi mewarnai partaai yang lain.

    bagi kita yang merindukan pemimpin amanah, sudahkah terselip dalam doa kita pada Allah untuk segera diturunkan pemimpin amanah di negeri yang kita cinta ini?

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.