Pantai Klayar… Tentang Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

pantai-klayarPertemuanku dengan Pantai Klayar, ketika itu di tahun 90-an, aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dalam acara camping Karang Taruna di kampungku. Aku lupa berapa orang yang ikut ketika itu, mungkin 15 sampai dengan 20-an orang. Berangkat jam 5 pagi, ketika orang-orang dewasa masih diculik oleh mimpi, maklum saat itu jarang sekali orang yang mau mendirikan sholat, karena minimnya pemahaman keislaman mereka, kami berangkat dengan semangat menempuh perjalanan kaki sejauh 15 km.

Pantai Klayar ketika itu bukanlah pantai yang terkenal, bahkan kami yang sebetulnya penduduk dekat saja tidak tahu tentang pantai Klayar ini. Yang kami tahu, Pantai Klayar itu namanya pantai Kalak… Kalak mengambil nama dari nama desa tempat pantai Klayar berada, di mana desa Kalak lebih terkenal karena banyaknya pohon pucang (pinang), yang kala itu di setiap bulan Agustus selalu ditebang untuk perlombaan panjat pinang di lapangan kecamatan Punung. Sampai sekarang pohon ini sudah punah, bahkan cerita tentang pucang kalak ini juga sudah musnah di telan jaman.

pantai klayar 2007... dua batang pohon kelapa itu sekarang sudah hilang

pantai klayar 2009… dua batang pohon kelapa itu sekarang sudah hilang

Dua jam perjalanan kami tempuh dengan jalan kaki, melewati tiga desa, hutan belantara, perbukitan, dan jalan makadam yang tidak seberapa rata. Kanan kiri kadang jurang menghadang, jalan naik turun dan berkelok, maklum bumi Punung merupakan daerah perbukitan dari pegunungan seribu. Pegunungan Seribu di bagian Selatan pulau Jawa merupakan pegunungan kapur yang membentang dari Pacitan (Jawa Timur), Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), Kabupaten Gunung Kidul (DIY) hingga Kabupaten Kebumen (Jawa Tengah). Semangat tanpa kenal lelah kami semua, yang saat itu ada dua wanita yang ikut serta, hingga mencapai pasar di desa Kalak…

Ayo kita berangkat ke sebuah desa
Di seberang rimba belantara semak belukar
Berhias gunung – gunung, bukit, lembah dan ngarai
Kabut kelabu lembut menyapu hutan berliku
(Suara Persaudaraan)

pantai klayar 2010... batang pohon kelapanya masih ada

pantai klayar 2010… batang pohon kelapanya masih ada

± jam 8 kami semua sampai di tujuan, pantai Klayar… Subhanallah… Sebuah pemandangan alam yang sangat-sangat mengagumkan. Ketika kaki langit menjejak ujung samudra, ketika itu ujung pandanganku berakhir di sana, kadang sepasang camar laut melambaikan sayapnya mengikuti hembusan angin yang memberikan kesejukan di hatiku. Iya… pandangan pertamaku pada Klayar membuatku jatuh cinta kepadanya. Ombak yang besar membenturkan dirinya pada karang kokoh yang kupijak, memecah menjadi partikel kecil yang melayang di udara menerpa wajahku… hhhhmmmm….asin rasa airnya, menempel di bibirku yang terbuka.

klayar 2010... menikmati kesunyian

klayar 2010… menikmati kesunyian

Sepi, iya…. saat itu Klayar sepi dari manusia, kalaupun ada keramaian itu adalah suara ombak yang menerpa karang, kadang ada suara siulan dari celah karang yang saat ini dinamakan seruling samudra. Suasana mistis lebih dominan karena Klayar selalu dihubungkan dengan ratu penguasa laut selatan, dan karena kebodohanku saat itu saya percaya dengan mitos itu. Jauh-jauh hari aku sudah diberi wejangan orang tua agar berhati-hati di Klayar, agar tidak mengusik kemarahan Sang Ratu yang adanya hanya ada dalam mitos.

klayar 2012... hasan mandi di muara mini sungai

klayar 2012… hasan mandi di muara mini sungai

Klayar 2012... menikmati sunrise di bulan Januari

Klayar 2012… menikmati sunrise di bulan Januari

Setelah matahari tergelincir sedikit ke arah barat, kami semua “nulak” dari Pantai Klayar. Kami dinasehati orang tua agar menggunakan kata “nulak” untuk mengganti kata kembali ketika pulang, karena kata kembali merupakan kata “kembali mati”, versi Sang Ratu. Iyesss… aku patuhi kata-kata orang tua karena takut mati, takut mati ditawan sang Ratu… 😀

Tahun 2009, aku kembali mengunjungi Klayar setelah jeda waktu, mungkin 20 tahunan. Dengan dibukanya jalur jalan Goa Gong, maka keindahan pantai Klayar mulai terkuak ke dunia luar. Ketika itu istriku mengajakku jalan-jalan, tapi istriku minta diajak ke suatu tempat yang dia belum pernah mendatangi sebelumnya, bukan Goa, bukan kota Pacitan… pokoknya tempat baru. Iya… aku jadi ingat pantai Klayar, ketika itu aku sebetulnya belum yakin akan ingat jalan ke pantai Klayar, tapi bismillah… kami berangkat, dengan mengendarai motor Honda kesayangan ortu, aku mencoba menyusuri jalan menuju desa Kalak, tempat pantai Klayar berada.

Perjalanan 14 km terasa lama, seperti tidak sampai-sampai, apalagi aku merahasiakan akan kemana aku akan membawa istriku. Aku hanya bilang akan kubawa ke suatu tempat yang dirimu tidak akan menyesal ke sana, dan akan minta kembali ke sana. Dengan bertanya pada beberapa orang, maklum… tahun 2009 belum populer smartphone, akhirnya sampailah kami di Pantai Klayar… Subhanallah… Seperti deja vu … Klayar masih seperti yang dulu, cantik … rasa jengkel istriku seketika hilang, berubah menjadi kagum. Klayar tetap sunyi, sepi, bahkan sinyal di hp pun tidak nampak. Benar-benar alami dan masih tersembunyi. Entah sampai kapan Klayar akan bisa menyembunyikan kecantikan, yang jelas ketika kubuka di laman google, saat itu sudah bertebaran tulisan para pengagum Klayar.

klayar 2012

klayar 2012

Lalu… apa kabar Klayar sekarang??? Agaknya aku tak bisa menyembunyikan rasa cemburu, ketika Klayar sekarang sudah tidak seperti yang dulu. Entah perasaan gembira atau sedih bila lihat semua ini. Klayar sudah dipoles sedemikian rupa, pohon kelapa kerdil saksi pertemuanku di tahun 2009 yang lalu sudah hilang tak berbekas. Pinggir pantai ditanami gubug-gubug tempat jualan kelapa muda, bising suara ATV menghilangkan suasana sunyi sepi yang mengusik kepribadian introvert ku. Tapi ini memang bukan hal yang seharusnya tidak aku sesali, karena Klayar akan menjadi milik banyak orang. Kecantikannya akan mendatangkan banyak keuntungan rupiah yang akan mengangkat derajat ekonomi warga lokal. Tanah di sekitar Klayar langsung membubung tinggi, walau tanpa sertifikat bisa laku sampai tembus angka Milyar untuk tanah yang dulu tak ada yang mau memilikinya walau dijual murah sekalipun.

Klayar Sekarang….

pantai klayar

pantai klayar

pantai klayar

Semoga Klayarku tetap terjaga kecantikannya….

Semoga tetap terjaga

Semoga tetap terjaga

30 respons untuk ‘Pantai Klayar… Tentang Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

    • Judulnya kaya judulnya anak muda ya mbak arin… Hasan itu kalau ke pantai ya wajib keceh… ATV di sana sering selip mbak, pasirnya ga padat, tapi di situ asiknya…

      Suka

  1. semakin banyak pengunjung, juga semakin banyak yang harus di jaga ya kang..
    apalagi tentang sampah…
    kalau di Malang, ada pantai yang menharuskan pengunjungnya harus hati2 dengan sampahnya, karena diawal masuk, barang bawaan yang berpotensi sampah dihitung, jadi pulangnya ada inspeksi lagi, jika ada yang lebih atau yang kurang, satu sampah dikenai denda 10 rb

    Suka

  2. tuaffi berkata:

    wah.. foto 2009nya bagus banget! dua kelapa itu memang sudah tidak ada kemarin. hehe
    memang pengesahan tempat menjadi wisata itu ada plus minusnya. tapi minusnya sangat bisa dikurangi dengan mendidik pengunjung dan warga sekitarnya. semoga klayar tetap terjaga. 🙂 sayang sekali kalau pantai sebagus itu akhirnya rusak karena rupiah dan sampah.

    Suka

  3. Assalaamu’alaikum wr.wb, Kang Nur….

    Apabila zaman berubah, pasti banyak yang tidak serupa dan sama lagi ya. Cuma kenangan masih menjadi ingatan dalam memori. ternyata Pantai Klayar tidak terkecuali menerima perubahan tersebut. Cuma ia tidak sunyi lagi kerana sudah dikenali ramai berbeza zaman kecil kang Nur dulu, terasa pantai itu masih lestari dan damai. Saya suka melihat deburan ombak besarnya. Cantik tetapi menakutkan. Jadi, anak-anak tidak sesuai mandi di kawasan ini.

    Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak.

    Suka

    • wa’alaikumsalam bund…, perubahan itu pasti terjadi, hanya saja kita tidak siap dengan perubahan itu, begitulah saya dengan pantai Klayar, serasa tidak rela ketika semua yang ada dalam kenanganku hilang ditelan perubahan. Terimakasih sudah berkunjung bund…

      Suka

  4. prih berkata:

    Syukur dengan sarana jalan dan jembatan menuju tebing amatan seruling samudra. sehingga jalur muara sungai tempat mandi Hasan tidak terlalu rusak. Dengan pengakuan UNESCO semoga setiap pihak melestarikan Klayar ya Kang.

    Suka

    • iya mbak prih… juga keamanan untuk melihat seruling samudra walau dari jauh, juga kepuasan pengunjung untuk melihat seruling samudra tidak terhalang lagi, walau dalam keadaan ombak besar….

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.