Sore hari di akhir bulan Desember 2016, aku ditemani Hasan, juniorku nomor tiga, terdampar di indahnya pantai Banyu Tibo Pacitan. Sekitar jam 4 sore aku bertolak ke sana selepas berpuas-puas di pantai Klayar, pantai yang juga luar biasa indahnya di alam Pacitan. Sayangnya cuaca tidak bersahabat, sesaat setelah aku tiba di sana, sang hujan menyambutku dengan cukup derasnya, sehingga rencana mau turun menginjak pasirnya harus aku urungkan. Terpaksa aku menikmati keindahan pantai dari sebuah warung makan yang berdiri di sebelah timur pantai.
Pantai lagi… pantai lagi… begitulah kalau berwisata ke kabupaten Pacitan. Pacitan yang terlanjur dinamakan kota 1001 goa, sebetulnya kurang tepat dengan julukan ini. Lebih tepatnya kota 1001 pantai karena memang begitu banyak pantai yang berada di kabupaten Pacitan. Salah satunya adalah pantai Banyu Tibo. Nama Banyu Tibo diambil dari dua kata dalam bahasa setempat yaitu Banyu yang artinya air, dan Tibo yang artinya Jatuh. Pantai Air Jatuh begitu dalam bahasa Indonesia, karena di pantai ini bermuara sebuah sungai kecil yang membentuk air terjun yang jatuh di area pantai.
Sementara ini pantai Banyu Tibo berada di sebelah paling barat dari deretan pantai-pantai di Pacitan. Entah nanti bila ditemukan pantai lain di sebelah barat pantai Banyu Tibo. Akses jalan yang semakin dipermudah akan membuka pantai-pantai baru yang masih belum tersentuh tangan-tangan manusia. Juga mudahnya akses internet akan memudahkan semua orang menerima informasi tentang pantai-pantai baru yang masih tersembunyi. Pantai Banyu Tibo sebetulnya juga salah satu pantai tersembunyi yang terkuak dari maraknya penampakan berita dari para netizen.
Jam 4 sore aku dan Hasan menuju pantai Banyu Tibo setelah sebelumnya berpuas diri menikmati indahnya pantai Klayar. Sengaja di pantai klayar aku tidak menikmati kuliner, walau sebetulnya banyak berjejer warung makan di sana. Sengaja pula aku meniatkan untuk makan sore di pantai Banyu Tibo, karena di sinilah istimewanya kuliner di pantai Banyu Tibo. Sekitar tebing pantai Banyu Tibo berjejer warung dengan aneka menu, yang istimewa adalah menu sea food dengan menu berbahan dasar lobster.
Jalan menuju ke pantai Banyu Tibo dari pantai Klayar sudah lumayan bagus, tapi sayang masih sempit, hanya cukup untuk mobil sejenis izusu elf, kalau lebih besar bila berpapasan dengan mobil lain jalannya tidak akan muat. Sesampai di jalan masuk pantai, aku disambut oleh petugas tiket, hhmmm… cukup murah, hanya Rp.5000,- maklum pantai ini baru dikelola oleh pemerintah desa setempat. Pantai ini belum dikelola oleh pemda Pacitan. Di area pintu masuk ini bila kita membawa mobil akan ditahan beberapa saat bila dari area pantai ada mobil yang keluar pantai. Dari pintu masuk ini kita akan melewati jalan yang lumayan sempit, hanya bisa dilewati satu mobil, sehingga bila ada mobil yang masuk maka mobil yang akan keluar ditahan dulu, begitu juga sebaliknya. Para petugas sudah cekatan dalam mengatur arus keluar masuk pantai ini.
Sebuah akhir dari perjalanan di jalan sempit, aku disambut hujan gerimis di bibir pantai yang merupakan sebuah benteng karang yang tergerus air laut dan menjadi aliran sungai kecil yang tak bosan-bosannya menjatuhkan diri ke pasir pantai. Kagum aku akan keindahannya… tak ketinggalan aku abadikan semuanya di memori hp ku. Subhanallah… Tak henti-hentinya aku mengagumi karya-Nya. Aku mencoba turun menuju air terjun, untuk sekedar berfoto ria, tapi sayang sekali hujan turun dengan deras, sehingga aku terjebak di sisi timur pantai.
Aku menuju warung di sisi timur pantai, disambut dengan sangat ramah oleh pemilik warung. Aku melihat di sekitar banyak orang menikmati sajian makan yang disediakan pihak warung. Bau sedap dari masakan sea food mengusik ketenangan perutku. Sudut kanan ada seorang anak kecil sedang menikmati sajian lobster yang dipadu dengan saus tiram… hhhmmmm…. tampak lahap sekali menandakan betapa nikmatnya apa yang disajikan di depannya. Tapi sayangnya hasan tidak suka seafood… terlalu amis katanya. Akhirnya… aku mengalah pada Hasan, kupesan Indomie goreng pakai telur saja, menu favorit hasan di manapun ia berada.
Suami pemilik warung merupakan penangkap lobster yang handal. Menangkap lobster membutuhkan keahlian menaklukkan ombak pantai selatan yang ganas, menyelam di antara deburan ombak yang menghantam karang dan mendaki karang tinggi yang terjal dan curam. Maka, disela-sela kesibukan menangkap lobster, sang suami berprofesi sebagai pemandu renang di pantai banyu tibo. Bila ada yang mau pre weading, bisa menggunakan jasa beliau untuk menjadi pemandu agar keamanan diri terjaga. Di warung ini juga menyewakan pelampung dengan harga yang terjangkau.
Jam menunjukkan angka 05.15 sore hari, ketika hujan mulai reda, aku segera pamit ke pemilik warung, sebelumnya aku bereskan admistrasi, alhamdulillah harga yang dipatok cukup murah. Langit mulai gelap, bapak pemilik warung menyalakan lampu LED, dengan sumber tenaga dari battery accu… maklum listrik belum sampai di pantai Banyu Tibo. Cahaya LED begitu remang-remang mengantar kepergianku. In sya Allah aku akan kembali ke pantai Banyu Tibo lain waktu.
Pacitan itu Jatim ya Kang Nur?
Wuah trnyata msh bnyak keindahan yg trsembunyi ya di sana. Pantai…pantai…pantai…rsanya sudah lma Cinta blm ke pantai lagi 😁
SukaSuka
yups… betul, pacitan itu Jatim, tanah kelahiran
SukaDisukai oleh 1 orang
wuah bagus kang Nur…hmmm spertinya Cinta prlu masukin Pacitan sbg liat backpacker geng Cinta ni 😍
SukaSuka
Ditunggu touringnya…
SukaDisukai oleh 1 orang
Bagus kak, cuma jauhnya itu lho 😂😂😂
SukaSuka
Cuma dari semarang saja koq jauh to
SukaDisukai oleh 1 orang
Jauh kak, beda provinsi itu wkwkwk 😂
SukaSuka
Kalo wisata pas musim hujan resikonya memang hujan itu. Apalagi klo seharian ujan, udah kayak zonk saja nggak bisa kemana-mana.
SukaSuka
Iya mas… masalahnya liburan sekolah bulan Desember tepat musim hujan, jadinya ya nekat saja biar ga zonk…
SukaDisukai oleh 1 orang
Konon jalan2 dan segala hal di pacitan jadi lebih bagus saat pemerintahan Pak beye. Betulkah?
SukaSuka
Bisa iya bisa tidak mbak… pariwisata di pacitan mulai terlihat sekitar tahun 98 nan ketika mulai ditemukan goa gong yang diklaim sebagai goa terindah se asia tenggara,maka ketika itu pacitan mengklaim sebagai kota 1001 goa karena selain goa gong ada goa lain di kabupaten pacitan. Kemudian di era kepemiminan pak SBY, 6 bulan sebelum beliau purnatugas sebagai presiden, beliau menyempatkan diri mengunjungi pantai Klayar, dan diespos secara nasional, sehingga Klayar menjadi dikenal banyak orang. Instruksi presiden SBY ketika itu untuk membangun jalan menuju pantai Klayar langsung dari dana pusat. Tapi sayangnya ketika itu jalan sudah selesai dilebarkan tinggal diaspal, pemerintahan SBY sudah berakhir sehingga proyek pelebaran jalan berakhir sebelum waktunya. Tapi alhamdulillah sekarang jalan ke Klayar sudah bagus mbak.
SukaDisukai oleh 1 orang
Jalan2 ke pantai selalu menyenangkan yaa , tapi sayang banget kalau hujan jadi kurang bisa menikmati pemandangan nya 😄
SukaSuka
Saya dulu kesana sekitar tahun 2012 masih asri sekali belum ada warung pak. 🙂
SukaSuka
2012… Dah lama berarti…. Sekarang sudah banyak perubahan mas
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul pak. Dulu juga masih sepi dan bukan tujuan utama kalau main pantai di Pacitan.
SukaSuka
Wow oleh-oleh dari sowan Ortu ya Kang. Cataaattt pantai Banyu tibo nya kereeen, berarti bisa sepaket dengan kunjungan ke Klayar ya.
SukaSuka
iya mbak… Rencana mau ke pantai lain juga, tapi tidak ada waktu. Yang sepaket dengan klayar itu ada sungai maron, pantai ngiroboyo, pantai klayar, pantai buyutan, dan pantai banyu tibo. Tapi bila waktunya pendek cukup pantai klayar dan pantai banyu tibo saja
SukaSuka
Matur nuwun Kang, meski berkali ke Klayar belum bosan apalagi bila nambah paket pantai Banyutibo ini. Salam
SukaSuka
Waowww
SukaSuka
Ke pantai selatan bru sekali, yakni wktu study tour jaman sma dlu. Klo yang ini belum pernah menginjakkan kakinya ksn.. indah sekali.
SukaSuka